Senin, 19 Juli 2010

Ancaman Kematian di Balik Tubuh Tambun

Penelitian terbaru mengungkapkan fakta yang cukup mengejutkan. Seorang pria yang obesitas di usia muda, terbukti dapat meninggalkan lebih cepat dibanding yang tidak obesitas.

Bagi anak muda dan remaja yang mengalami obesitas saat menginjak usia 20 tahun, sebaiknya mulai berhati-hati dan harus sudah mengambil langkah untuk mengurangi berat badan. Pasalnya, remaja yang obesitas di uisa ini memiliki kemungkinan lebih awal ketimbang rekan mereka yang tidak obesitas.

Riset terbaru ini didapatkan di ajang International Congress on Obesity di Stockholm, Swedia, Selasa (13/7). Riset ini mengindikasikan bahwa obesitas biasanya terjadi sebelum usia 20 tahun dan sebagian besar masyarakat kecil kemungkinannya mengalami obesitas di kala usia sudah senja.

Tercatat lebih dari 5.000 orang pria yang menjalani wajib militer sejak usia 20 tahun hingga 80 tahun di Denmark terlibat dalam studi itu. Sekitar 2.000 orang dari partisipan itu obesitas ketika mereka mulai mengikuti studi. Tim peneliti menyimpulkan bahwa risiko kematian dini pada pria yang sudah obesitas meningkat 10% untuk setiap titik pengukuran yang melampaui level sehat 25 point dalam indeks massa tubuh (body mass index/BMI).

"Pada usia 70 tahun, 70% dari pria yang ada di kelompok pembanding 50% dari mereka yang ada di kelompok obesitas masih bertahan hidup. Dan kami memperkirakan bahwa mulai dari usia paruh baya para pria obesitas itu kemungkinan meninggal 8 tahun lebih awal dibandingkan dengan mereka di kelompok pembanding," papar Esther Zimmermann dari Copenhagen University Hospital, Denmark, seperti dikutip Associated Press.

Zimmermann yang juga memimpin studi ini di rumah sakit di Institute of Preventive Medicine ini juga menyatakan, riset mempertimbangkan pengaruh merokok, tahun kelahiran, dan pendidikan, tapi tidak dengan faktor-faktor lainnya, seperti penyakit keturunan. Riset ini juga tidak melibatkan wanita, tapi hasil studi ini terbukti sama.

Tahun lalu, sebuah studi di Amerika Serikat yang diterbitkan dalam jurnal British Medical Journal menyatakan, obesitas dapat memangkas kesempatan wanita untuk mencapai usia 80 tahun dalam kondisi sehat sebesar hampir 80%. Tim peneliti menemukan fakta bahwa untuk setiap peningkatan satu poin dalam BMI wanita akan menurunkan kesempatan sebesar 12% untuk mencapai usia 70 tahun dalam kondisi sehat.

Sementara itu, sebuah studi di Inggris yang ditertibkan di Jurnal Lancet pada 2009 menemukan bukti bahwa mereka yang memiliki BMI mulai 30 hingga 35 memiliki kemungkinan meninggal 3 tahun lebih awal dibandingkan dengan wanita dengan BMI normal. Sedangkan wanita dengan obesitas parah yaitu indeks di atas 40, akan meninggal sekitar 10 tahun lebih awal.

Sementara itu, penelitian lain membuktikan mereka yang kelebihan berat badan ataupun mengidap obesitas lebih mungkin meninggal akibat kanker dibandingkan mereka yang berbobot normal.

Sebelumnya banyak yang beranggapan kegemukan sebagai salah satu faktor resiko beberapa jenis kanker di negara Barat. Tapi sampai kini belum jelas apakah obesitas menimbulkan resiko yang sama bagi orang Asia.

Riset pun dilakukan untuk mengetahui kaitan obesitas dan kanker di Asia. Para ahli melibatkan 401.215 orang di China, Hong Kong, Taiwan, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Thailans, Australia, dan Selandia Baru dalam penelitian selama empat tahun.

Hasil studi menyatakan, dibandingkan respondens berbobot normal, para mengidap obesitas menghadapi kemungkinan 21% lebih besar untuk meninggal akibat kanker. Sementara mereka yang kelebihan berat badan menghadapi kemungkinan 6% lebih tinggi.

Riset juga menyatakan, responden yang kegemukan sangat rentan terhadap beberapa jenis kanker seperti kanker usus, rektum, payudara, indung telur, serviks, prostat, dan leukimia.

"Mereka yang kelebihan berat badan dan obesitas di wilayah Asia Pasifik mengalami peningkatan risiko secara signifikan meninggal akibat kanker," tulis para peneliti dalam jurnal The Lancet Oncology.

"Strategi baru sangat dinutuhkan untuk menangani epidemi obesitas di Asia guna mencegah peningkatan beban kanker di wilayah ini," ungkap kelompok peneliti yang dipimpin Christine Parr dari University of Oslo di Norwegia.

http://dede-health.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar